Kamis, 18 Juni 2015

Budaya Batak(Toba)



BUDAYA BATAK

Halo teman-teman apa kabar? Pastinya sehat kan? Pada Kesempatan Kali ini saya akan mencoba menjelaskan dan menguraikan tentang budaya batak. Saya memilih untuk menjelaskan tentang budaya batak ini dikarenakan saya sendiri adalah orang batak, jadi setidaknya saya sudah tau sedikit banyak tentang kebudayaan suku ini. Dari pada saya mencoba untuk menjelaskan tentang kebudayaan suku lain dan takut nya saya salah penjelasan dan menyinggung perasaan orang lain :D 

Teman-teman pastinya sudah pernah mendengar kata “suku batak” bukan?? (hehe)
 Buat teman-teman yang belum pernah mendengar yaudah saya coba jelasin dulu yah.. Jadi Suku Batak adalah salah satu dari suku asli penduduk Provinsi Sumatera Utara. Kenapa saya bilang “salah satu suku asli” ?  Karena sebenarnya suku asli yang ada diprovinsi tersebut ngga Cuma satu. Yang saya ketahui suku-suku asli yang ada diprovinsi ini adalah: Suku Nias dan Suku Batak. 

            Nah, sekarang kita lebih fokus kesuku batak dulu ya teman-teman. Oh ya, sekedar info bahwa orang batak juga menganut istilah “Marga” yang mana marga anak pada suku batak meng-ikuti marga bapaknya. Didalam suku batak, tidak peduli batak toba,batak kalo,dll Persaudaraan dijadikan nomor 1. Hal ini dapat kita amati dengan cara waktu bertemu dengan orang yang mempunyai marga sama atau marganya ada hubungannya dengan marga kita maka secara tidak langsung kita dianggap adik/kakak nya, walaupun mereka belum saling kenal. (Jika orang yang tau adat).

            Oh ya, sebenarnya suku batak memiliki beberapa subsuku. Yaitu :
                                                          .      Toba
                                                          .      Karo
                                                          .      Angkola
                                                          .      Mandailing
                                                          .      Simalungun
                                                          .      Pakpak



Pada pokok pembahasan kali ini, saya memfokuskan kearah Batak Toba. Kenapa? Karena saya sendiri adalah orang batak toba, jadi setidaknya satu sedikit tau tentang sub suku saya ini. Adapun yang akan saya bahas kali ini adalah:

  • Asal Mula Nenek Moyang
  • Sistem Kekerabatan
  • Rumah Adat
  • Pakaian Adat

Baik, langsung saja kita ke pokok pembahasannya

,

                                                  
 1. ASAL MULA SUKU BATAK

      Tidak ada bukti kuat mengenai sejak kapan nenek moyang orang Batak mendiami wilayah Sumatra. Akan tetapi penelitian antropologi menunjukkan bahwa bahasa dan bukti-bukti arkeologis yang ada membuktikan hijrahnya penutur bahasa Austronesia dari Taiwan ke Indonesia dan Filipina. Ini terjadi sekitar 2.500 tahun silam. Bisa jadi mereka adalah nenek moyang suku bangsa Batak.

       Tidak adanya artefak zaman Neolitikum yang ditemukan di wilayah suku Batak membuat para peneliti menyimpulkan bahwa nenek moyang suku Batak baru hijrah ke Sumatra Utara pada zaman logam. Selain itu, pedagang-pedagang internasional dari India mulai mendirikan kota dagang di Sumatra Utara pada abad ke-6.

       Mereka berinteraksi dengan masyarakat pedalaman, yakni orang Batak dengan membeli kapur-kapur barus buatan orang Batak. Kapur barus buatan orang Batak dikenal bermutu tinggi.




2. Sistem Kekerabatan(Kekeluargaan)

         Dalam budaya batak, sistem kekerabatan lebih akrap disebut dengan istilah “Dali Han Natolu”

      Isi atau inti dari DHN (Dalihan Na Tolu) mengatur tentang:

1. Hubungan kita dengan "dongan sabutuha" atau yang dikenal dengan istilah "Manat mardongan tubu." (Bersikap baik/sopan kepada orang yang se-Marga)

Pada waktu ini acap kali diperlengkapi dan berbunyi: "Molo naeng ho sanggap, manat ma ho mardongan tubu." Artinya : Jika kamu ingin menjadi orang terhormat, hati-hatilah dan cermat dalam bergaul dengan "dongan sabutuha" (teman semarga).

Keterangan tentang pesan pertama ini sebagai berikut.

Adapun "dongan sabutuha" itu dipandang oleh orang Batak sebagai dirinya sendiri dan dalam pergaulan antar mereka sehari hari tidak dihiraukan segi basa basi, sehingga adik acap kali tidak hormat terhadap abangnya dan demikian juga anak terhadap paktua dan pakciknya, hal mana acap kali menimbulkan perasaan kurang senang di pihak yang merasa dirugikan. Maka untuk menghindarkan itu diberilah oleh leluhur kita pesan yang tersebut di atas, agar kita hati-hati menghadapi "dongan sabutuha" kita. Untuk itu harus kita periksa dahulu kedudukan "dongan sabutuha" itu dalam "tarombo" (tambo, silsilah keturunan terhadap kita). Pada waktu ini tidak sulit lagi memeriksa hal itu. Tiap orang Batak yang tahu "tarombo"nya mengetahui tingkat generasinya pada "tarombo"-nya itu. Misalnya "dongan sabutuha" kita itu bertingkat generasi 16 dan kita sendiri tingkat 17, maka ia masuk golongan ayah kita. sehingga ia harus kita hormati sebagai ayah kita sendiri. Kalau ada jamuan makan janganlah kita mempertahankan tempat duduk kita di "juluan" (tempat terhormat) kalau nampak seorang "dongan sabutuha" dari golongan lebih tinggi (abang, ayah atau nenek) belum mendapat tempat yang layak, tetapi kita harus mempersilakan dia. duduk di tempat duduk kita sendiri, sekalipun menurut umur, kita lebih tua dari dia.


Dalam hal kita lebih tua dari dia, maka "dongan sabutuha" itu yang tentu juga mengetahui pesan leluhur kita itu, tidaklah akan gegabah terus menerima ajakan kita itu, tetapi dengan spontan ia akan menolak serta berkata, "Ah, tidak, yang tua-tua harus di hormati, tinggallah di situ, terimakasih." Dalam pada itu ia sudah senang dan puas karena penghormatan kita itu. Dalam hal musyawarah pun atau pada rapat menyelesaikan perselisihan hendaklah kita selalu mengindahkan betul-betul basa-basi terhadap "dongan sabutuha". Dengan jalan demikian maka semua "dongan sabutuha" akan selalu solider atas tindakan tindakan kita dan akan menghormati dan menghargai kita dengan sewajarnya; hal ini berpengaruh juga kepada orang disekeliling kita.


2. Hubungan kita dengan "hulahula" atau yang istilahnya "Somba marhulahula".
Hula-Hula adalah seseorang laki-laki yang satu marga dengan istri. Dalam adat batak, diajarkan untuk sopan dan menghargai hula-hula. Adapun "hulahula" itu dipandang oleh orang Batak sebagai media (penengah) yang sangat berkuasa untuk mendoakan "hagabeon" dari Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan ini telah menjadi darah daging bagi orang Batak berdasarkan pengalaman dan kenyataan. Itulah yang membuat penghormatan tinggi dan menonjol terhadap "hulahula". Juga dalam hal penyelesaian perselisihan dengan "hulahula", penghormatan itu tetap dipertahankan sebagaimana nampak dengan jelas pada suatu sebutan khas Batak, yang berbunyi "Sada sala niba, pitu sala ni hulahula, sai hulahula i do na tutu". Artinya : Walau ada 7 buah kesalahan "hulahula" dan salah kita hanya satu, maka "hulahula" itulah selalu dipihak yang benar. Maksudnya : Kita harus selalu mengalah terhadap "hulahula", karena walaupun nampaknya kita menderita rugi, namun akibatnya selalu menguntungkan kita, karena walaupun "hulahula" itu kita buat menang dalam perselisihan itu sehingga ia mendapat keuntungan materi, namun ada lagi sebuah sebutan khas Batak yang bunyinya, "Anggo tondi ni hulahula i sai tong do mamasumasu iba". Artinya : Namun, roh "hulahula" itu tetap mendoakan kebahagiaan untuk kita. Dan menurut filsafat Batak: Roh atau jiwa itu lebih berkuasa dari badan.


3. Hubungan kita dengan "boru" atau yang istilahnya "Elek marboru"
Sebenarnya menurut 'adat Batak, "boru" itu dalam hubungan kekeluargaan berada di bawah kita, sehingga boleh kita suruh mengerjakan sesuatu. Namun anjuran leluhur Batak ialah agar permintaan-permintaan kita kepada "boru" sekali-kali tak boleh menyerupai perintah tetapi harus berupa dan bersifat bujukan. Leluhur Batak tahu benar bahwa bujukan lebih kuat daripada paksaan dan selain itu bujukan itu dapat tetap memelihara kasih sayang di antara "boru" dan "hulahula", yang tidak dapat dicapai dengan paksaan. Maka dengan bujukan besarlah harapan kita akan memperoleh semua yang kita minta dari boru kita, yang membuat kita kaya. Perkataan "kaya" di sini harus diartikan "perasaan kaya", yang maksudnya "perasaan senang". Dan memang orang yang merasa senanglah yang paling kaya di dunia ini dan bukanlah dengan sendirinya yang memiliki uang atau harta yang terbanyak.

Leluhur batak juga mempunyai satu petuah untuk penerusnya diluar dari inti Dalihan Na Tolu diatas, adapun petuah itu “Molo naeng ho martua di tano on, pasangap me natorasmu."
(Artinya: Jika kamu ingin berbahagia. di dunia ini, hormatilah orang tuamu.)

Adapun petuah ini boleh dikatakan hanyalah tambahan dari ketiga pesan pertama yang tersebut di atas dan baru menonjol setelah banyak orang Batak memeluk agama Kristen atau Islam. Kita maklum, bahwa agama memerintahkan kepada manusia menghormati orang tuanya


3. Rumah adat Suku Batak

       Suku batak memiliki rumah adat yang bernama Rumah Bolon . Kata Bolon memiliki arti besar, jadi Rumah Bolon berarti rumah besar karena memang ukurannya yang cukup besar.

*Rumah Bolon

Rumah adat ini menjadi simbol status sosial masyarakat Batak yang tinggal di Sumatera Utara. Dahulu Rumah Bolon ditinggali oleh para raja di Sumatera Utara. Ada 13 kerajaan yang bergantian menempati Rumah Bolon, yaitu Tuan Ranjinman , Tuan Nagaraja , Tuan Batiran , Tuan Bakkaraja , Tuan BaringinTuan Bonabatu , Tuan Rajaulan , Tuan Atian , Tuan Hormabulan , Tuan Raondop , Tuan Rahalim , Tuan Karel Tanjung , dan Tuan Mogang . Tetapi sekarang Rumah Bolon menjadi objek wisata di Sumatera Utara.

Rumah Bolon memiliki kolong di bagian bawah rumah yang tingginya sekitar dua meter. Kolong tersebut digunakan untuk memelihara hewan, seperti kerbau, babi, ayam, dan sebagainya.

Untuk masuk ke Rumah Bolon, kita harus menunduk, karena pintunya pendek dan berukuran kecil. Hal ini menandakan, bahwa tamu yang datang ke rumah tersebut harus menghormati tuan rumah dengan cara menunduk saat memasuki rumah.

Pada bagian depan Rumah Bolon, terdapat gorga yang terletak di atas pintu. Gorga adalah sebuah lukisan berwarna merah, hitam, dan putih.
*salah satu contoh motif gorga

Lukisan tersebut bergambar hewan, seperti cicak dan kerbau atau hal lain, yang mana setiap hal itu mempunyai makna tersendiri. Contohnya, hewan cicak bermakna orang Batak mampu bertahan hidup di manapun ia berada, meski merantau ke tempat jauh sekalipun. Hal ini dikarenakan orang Batak memiliki rasa persaudaraan yang sangat kuat dan tidak terputus antar sesama sukunya. Sedangkan gambar kerbau memiliki makna sebagai ucapan terima kasih atas bantuan kerbau yang telah membantu manusia dalam pekerjaaan di ladang.


4. Pakaian Adat (Ulos)

Mangulosi adalah salah satu hal yang teramat penting dalam adat Batak. Kenapa begitu dan darimana semua ini bermula ? Beginilah filsafatnya, Dulu para nenek moyang kita selalu berusaha untuk menghangatkan tubuhnya dengan berbagai cara untuk kesehatan dan kenyamanan. Masalahnya, para leluhur kita hidupnya bukanlah di kota-kota besar, tetapi di pegunungan yang jauh di atas permukaan laut ( sea level ). Jadi jangan tersinggung kalau salah satu sebutan untuk bangso kita adalah ‘ Orang Gunung ‘.

           Di daerah tadi, tentu saja suhunya sangat dingin dan leluhur kita selalu mencari akal untuk menciptakan rasa hangat yang ideal. Satu contohnya bisa kita lihat dari umpasa ini :
“Sinuan Bulu mambaen Las, Sinuan partuturan sibahen horas “
Itulah sebabnya di kampung kita banyak sekali terdapat tanaman bambu = bulu. Selain dimaksudkan untuk menangkal musuh dan ancaman hewan buas, bambu tadi ternyata sengaja dibuat untuk menciptakan rasa hangat melingkupi rumah sekelilingnya. Logis kan…? Simpelnya begini, kawanan bambu yang saling mengait akan menghambat hembusan angin.

       Leluhur batak menyebutkan bahwa ada 3 unsur kehidupan ; darah, nafas, dan rasa hangat. Hangat dalam bahasa kita adalah ‘ las ‘. Kita tentu paham ucapan semacam ‘ las roha ‘..adalah ungkapan yang menggambarkan rasa sukacita yang dalam. Dari sini, kita makin paham, kehangatan adalah hal yang teramat di inginkan bangso kita.

      Dulu, leluhur mengandalkan sinar matahari dan perapian sebagai pencipta rasa hangat. Tapi setelah dipikir-pikir…matahari itu datang dan pergi tanpa bisa dikontrol, lagipula datangnya siang hari.  Sementara malam hari dinginnya minta ampun. Api tidak praktis digunakan waktu tidur karena resikonya besar.

Akhirnya ditemukanlah Ulos. Jangan heran kalau ulos yang kita kenal sekarang dulunya dipakai tidur lho. Tapi jangan salah juga, dulu..kualitasnya jauh lebih tinggi, tebal, lembut, dan motifnya sangat artistik.

       Sejak saat itu, ulos makin digemari karena praktis. Kemana saja mereka melangkah, selalu ada ulos yang siap membalut tubuhnya dalam kehangatan. Ulospun jadi kebutuhan yang vital, karena sekaligus juga dijadikan bahan pakaian yang indah = uli. Kalau ada pertemuan kepala-kepala kampung, seluruh peserta melilitkan ulos di tubuhnya.

        Sedemikian pentingnya ulos ini untuk kehidupan sehari-hari, sehingga para leluhur kita selalu memilih ulos sebagai hadiah atau pemberian untuk orang-orang yang mereka sayangi. Dan begitulah awal mula ditemukannya ulos. Ulos sendiri memiliki banyak jenis. Berikut saya akan menjabarkan sebagian dari jenis-jenis ulos :

1.   Ulos Antak-Antak
Ulos ini dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal, selain itu ulos tersebut juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu acara manortor (menari).
2.   Ulos Bintang Maratur

Ulos ini merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara adat Batak Toba yakni:
Kepada anak yang memasuki rumah baru. Keberhasilan membangun atau memiliki rumah baru di anggap sebagai salah satu bentuk keberhasilan atau prestasi tersendiri yang tak ternilai harganya. Tingginya penghargaan kepada orang yang telah berhasil membangun dan memiliki rumah baru adalah karena keberhasilan tersebut dianggap sebagai suatu berkat dari Tuhan yang maha Esa yang disertai dengan adanya usaha dan kerja keras yang bersangkutan di dalam menjalani kehidupan.
Orang batak yang tinggal dan menetap di berbagai puak/horja di sekitar Tapanuli telah memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda pula. Walaupun konsep dan pemahaman tentang adat itu secara umum adalah sama, namun pada hal-hal tertentu ada kalanya memiliki perbedaan dalam hal pemaknaan terhadap nilai dan konsep adat yang ada sejak turun-temurun. Oleh karena itu pemberian Ulos Bintang Maratur khusus di daerah Silindung di berikan kepada orang yang sedang bergembira dalam hal ini sewaktu menempati atau meresmikan rumah baru.
Secara khusus di daerah Toba Ulos ini diberikan waktu acara selamatan Hamil 7 Bulan yang diberikan oleh pihak hula-hula kepada anaknya. Ulos ini juga diberikan kepada Pahompu (cucu) yang baru lahir sebagai Parompa (gendongan) yang memiliki arti dan makna agar anak yang baru lahir itu di iringi kelahiran anak yang  selanjutnya, kemudian ulos ini juga di berikan untuk pahompu (cucu) yang baru mendapat babtisan di gereja dan juga bisa di pakai sebagai selendang.

3.   Ulos Bolean

Ulos ini biasanya di pakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.
4.   Ulos Mangiring

Ulos ini dipakai sebagai selendang, tali-tali, juga Ulos ini diberikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama yang memiliki maksud dan tujuan sekaligus sebagai Simbol besarnya keinginan agar si anak yang lahir baru kelak diiringi kelahiran anak yang seterusnya, Ulos ini juga dapat dipergunakan sebagai Parompa (alat gendong) untuk anak
5.  Ulos Sibolang Rasta Pamontari


Ulos ini di pakai untuk keperluan duka dan suka cita, tetapi pada jaman sekarang, Ulos Sibolang bisa dikatakan sebagai simbol duka cita, yang di pakai sebagai Ulos Saput (orang dewasa yang meninggal tapi belum punya cucu) dan di pakai juga sebagai Ulos Tujung untuk Janda dan Duda dengan kata lain kepada laki-laki yang ditinggal mati oleh istri dan kepada perempuan yang di tinggal mati oleh suaminya. Apabila pada peristiwa duka cita Ulos ini dipergunakan maka hal itu menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah sebagai keluarga dekat dari orang yang meninggal.

6.   Ulos Ragi Hotang


Ulos ini di berikan kepada sepasang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat yang di sebut dengan nama Ulos Hela. Pemberian ulos Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya di persunting atau diperistri oleh laki-laki yang telah di sebut sebagai “Hela” (menantu). Pemberian ulos ini selalu di sertai dengan memberikan mandar Hela (Sarung Menantu) yang menunjukkan bahwa laki-laki tersebut tidak boleh lagi berperilaku layaknya seorang laki-laki lajang tetapi harus berperilaku sebagai orang tua. Dan sarung tersebut di pakai dan di bawa untuk kegiatan-kegiatan adat.

Mungkin itu saja ini penjelasan saya kali ini,  hal yang dapat saya ambil adalah, sistem kebudayaan adat (semua kebudayaan,bukan hanya kebudayaan batak) baik untuk dilestarikan, namun harus kita sesuaikan dengan keagamaan. Karena biasanya kebudayaan asli agak berlawanan dengan ajaran agama.

Baiklah sekian penjelasan saya tentang asal-usul,sistem kekerabatan,rumah adat,dan pakaian adat dari suku batak toba. Bila ada kesalahan dalam penulisan,pemikiran dan penjelasan, saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Trimakasih atas perhatiannya





Sumber/Referensi Bacaan :
http://berandabatak.blogspot.com/2013/09/jenis-jenis-ulos-dan-fungsinya_1.html

Jumat, 01 Mei 2015

BUDAYA INDONESIA



BUDAYA 



    Halo teman-teman apa kabar? Pastinya sehat kan? Pada Kesempatan Kali ini saya ingin mencoba membahas tentang Budaya. Pada tau apa itu budaya kan sob? Atau mungkin ada yang gak tau apa itu budaya ya? Hehe. Yaudah nih aku kasih tau apa itu budaya. 

    Budaya, menurut kamus besar bahasa indonesia adalah pikiran atau akal budi. Sedangkan menurut wikipedia, budaya merupakan kata yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. 

    Sudah jelaskan apa itu budaya? Baiklah kalau teman-teman sudah mengerti pengertian budaya, kali ini saya mencoba menjelaskan sedikit kebudayaaan yang ada di negara tercinta kita ini, Negara Indonesia. 

    Seperti yang kita ketahui bersama bahwa negara kita ini adalah negara dengan banyak suku bangsa. Bisa kita bayangkan, dari sabang sampai merauke semua budaya tiap daerah berbeda beda bukan? Kali ini saya ingin mencoba membahas sedikit tentang kebudayaan yang ada diindonesia kita ini. (Soalnya kalau dibahas semuanya capek juga ngetiknya, hehe :D) 

    Pertama-tama saya ingin membahas tentang budaya yang ada di JawaBarat. (Berhubung saya lagi kuliah diwilayah jawa barat :D) 

    Seperti yang kita ketahui bahwa provinsi jawa barat ini adalah salah satu provinsi yang terdapat dipulau jawa, namun letaknya dibagian barat dari pulau tersebut. jawa barat terdiri dari 19 Kabupaten dan kota, merupakan salah satu propinsi terpadat penduduknya. Wilayah jawa barat memiliki luas wilayah 35.377,76 Km2 dengan jumlah penduduk atau yang diam adalah 46.497.175 juta jiwa. 

    Pada umumnya suku yang ada dalam provinsi Jawa Barat ini adalah suku sunda,jawa. Namun, karena salah beberapa kota pada provinsi ini bersebelahan dengan Provinsi Jakarta jadi suku yang terdapat dalam provinsi ini bertambah dengan suku betawi. 

Adapun kebudayaan dari Provinsi Jawa barat ini yang akan saya coba bahas adalah: 

1. Angklung 

2. Wayang 

3. Topeng Cilasak 

4. Jaipongan 
Yap, kita langsung saja ke pembahasannya


     a. ANGKLUNG 

     Yap, pasti setelah mendengar judul yang baru saya tuliskan, anda membayangkan alat musik yang terbuat dari bambu itu. Siapa sih orang indonesia yang tidak tau angklung ini? Bahkan alat musik ini sudah mendunia loh sob. 

     Berikut sedikit penjelasan tentang angklung, Angklung adalah alat musik khas dari daerah Jawa Barat. Alat musik ini terbuat dari bambu yang telah di potong. Biasanya bila alat ini dimainkan oleh satu orang, maka angklung akan dirangkai berjejer sesuai nada dari angklung tersebut. Ada juga sih yang memainkan alat musik ini dengan orang yang lebih dari satu. Mereka memegang angklung yang tiap nadanya berbeda dengan orang lain. Lalu tiap orang akan membunyikan angklung yang dia pegang bila nada pada musik itu ada lah nada angklung yang dia pegang. 

   Bunyi dihasilkan oleh alat musik ini berasal dari benturan antar bambu. Dan tiap bambu dapat menghasilkan nada yang berbeda baik ukuran yang besar maupun kecil. Dari nada nada yang keluar itu dapat tercipta harmonisasi suara yang indah. 

    Di Bandung ada satu tempat yang bernama Saung Udjo. Di tempat ini sering diadakan pertunjukan Angklung yang dimainkan oleh pe nduduk lokal untuk menyambut para wisatawan yang hadir. Tak Cuma itu Mang Udjo, pemilik Saung juga sering mengadakan pertunjukan yang sama baik di luar kota, bahkan sampai di luar negeri. 

Berikut ini jenis jenis angklung yang ada di Jawa Barat: 

1. Angklung Kunakes. Angklung ini dipopulerkan atau dibuat oleh orang-orang baduy 

2. Angklung dodog lonjor. Angklung ini dikenal dari daerah sukabumi, yang biasa digunakan dalam acara arak-arakan upacara adat nyungkruk huluwotan (Nyukcruk Sirah cai = menelusuri mata air) 

3. Angklung buncis. 

  



















  
    b. Wayang 

    Rasanya gak adil kalau kita membahas tentang budaya di Jawa,tapi gak membahas tentang Wayang. Wayang adalah sebuah kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah Jawa, Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu. 

    UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). 

    Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003. 

    Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang 


    Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata. 

    Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam. 



     c. TOPENG CILASAK 

    Topeng Cisalak, Budaya ini sebenarnya ada kaitannya dengan kebudayaan Betawi. Dulunya, Topeng Cisalak bernama Topeng Kinang. Nama kebudayaan ini diambil dari pelopornya yaitu Djioen dan Kinang. Mereka sering berkeliling dari Jakarta, Bekasi, Bogor, Tangerang bahkan sampai Kerawang jika ada yang nanggap. 


    Seperti pada pelaksanaan suatu acara, tari Topeng Cisalak pun juga memiliki tahapan pada pertunjukannya, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Persiapan dilakukan dengan memasang spanduk dan tirai terlebih dahulu. Pelaksanaan diawali dengan ngukus dan penyediaan sesaji. Sesajinya berupa kemenyan dan serutu yang dibakar, minuman tujuh rupa, bunga tujuh rupa, rujak, beras, nasi dan ayam bekakak. Pertunjukan biasanya dihadiri oleh orang orang yang mengharapkan sesuatu, baik itu kesehatan, keuntungan, atau berkah lainnya. 


    Pelaksanaan selanjutnya adalah pemukulan gong sesuai hari pementasan. Baru kemudian Tari Topeng dimainkan dan disambung dengan tarian lain sampai penutup. Pesona Topeng Cisalak mungkin makin meredup sekarang, karena banyaknya budaya yang masuk ke Indonesia sehingga menggeser minat masyarakat dan generasi penerus, dan karena kurang kuatnya dukungan dari pemerintah pusat. 


     d. Tari Jaipongan 

    Tari Jaipongan ini adalah tarian khas daerah jawa barat. Tarian ini sangat terkenal di Indonesia maupun di luar negeri. Tarian ini sering ditampilkan pada acara ulang tahun daerah,penyambutan tamu dan turis. 

    Jaipongan terlahir melalui proses kreatif dari tangan dingin H Suanda sekitar tahun 1976 di Karawang. Jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain. Jaipongan di karawang pesat pertumbuhannya di mulai tahun 1976, di tandai dengan munculnya rekaman jaipongan SUANDA GROUP dengan instrument sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden atau juru kawih. Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label) jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H Suanda di wilayah karawang dan sekitarnya. 

    Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat. Posisi Jaipongan pada saat itu menjadi seni pertunjukan hiburan alternative dari seni tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang lebih dulu di karawang seperti penca silat, topeng banjet, ketuk tilu, tarling dan wayang golek. Keberadaan jaipong memberikan warna dan corak yang baru dan berbeda dalam bentuk pengkemasannya, mulai dari penataan pada komposisi musikalnya hingga dalam bentuk komposisi tariannya. 

   



  
    Setelah membahas sedikit tentang budaya yang ada di Jawa Barat, kini saya berpaling untuk membahas tentang kebudayaan yang ada di Sumatra Utara. Sumatera utara adalah salah satu provinsi yang terletak dipulau sumatra dan berbatasan dengan Provinsi Aceh. 

    Suku asli pada provinsi ini adalah Batak dan Nias. Hanya sekedar info, sebenarnya suku batak memiliki banyak sekali sub suku, seperti batak toba, batak karo dll 

Langsung saja kita bahas satu persatu kebudayaan batak: 

     a. Tari tortor 

    Tari tortor adalah tarian khas suku batak yang mana tarian ini sering ditampilkan saat upacara adat, seperti pernikahan dll. Orang yang menampilkan tarian ini disebut sebagai “panortor” Dalam penampilan tari ini. Para penari (panortor) harus menggunakan pakaian adat batak yang namanya “ulos”. Tor tor ini biasanya diiringi dengan musik batak yang disebut “Gondang Batak” 


    Pada zaman dulu tari tor tor mempunyai maksud untuk sarana penyampaian batin baik kepada roh-roh leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat. Pada suku batak zaman dahulu, dalam menari tor-tor, penari dilarang keras mengangkat tangan lebih tinggi dari bahunya. Karena bila penari tor-tor melakukan hal tersebut berarti dia sudah siap menantang siapa pun dalam bidang apapun , baik bidang perdukunan,fisik, atau adu bela diri. 

    Tapi itu semua hanya saat dulu masyarakat batak belum mengenal agama, setelah mereka mengenal agama mereka melakukan tari tor tor hanya sebagai kebiasaan adat tanpa maksud menyembah roh-roh halus. Karena sudah pasti menyembah roh-roh itu sudah berlawanan dengan agama bukan? :D




    b. Fahombo (Lompat Batu) 

    Fahombo atau lompat batu adalah salah satu kebudayaan yang terdapat dalam provinsi Sumatera Utara. Pada mulanya tradisi ini merupakan sebuah ritual bagi anak laki-laki dan remaja laki-laki dalam suku Nias untuk diakui ke dewasaannya, agar bisa masuk kedalam prajurit perang suku tersebut, dan agar boleh menikah. 

    Batu yang akan diloncati oleh para peserta fahombo ini memiliki tinggi tidak kurang dari 2 meter tingginya. Kebayangkan gimana tingginya? Pada tradisi fahombo jaman dulu, diatas batu yang diloncati ditutupi dengan bambu runcing yang menunjukkan betapa seriusnya tradisi ini agar setiap peserta yang mengikuti tradisi ini terpilih jadi pejuang perang suku dan tidak menjadi penjuang perang yang sembarangan. 
Jaman sekarang ini, dinias disalah satu tempat yang bernama Bawomataluwo tiap tahunnya diadakan tradisi ini, dan menurut penduduk setempat banyak peserta yang gagal dan mengalami patah tulang dan kegagalan. Cukup greget bukan? :D






  





    Budaya tidak hanya dapat kita jumpai melalui tradisi yang turun temurun dilakukan disuatu wilayah. Budaya juga bisa saja berupa makanan. Berikut ini saya juga akan mencoba menceritakan beberapa masakan yang menjadi budaya yang saya tau. 

     a. Arsik (Sumatera Utara) 

    Arsik adalah makanan khas daerah sumatera utara khususnya bagian tapanuli utara. Makanan ini sangat digemari oleh penduduk setempat. Arsik merupakan masakan yang bahan utamanya adalah Ikan mas. Bumbu masakan ini sangat khas, beberapa komponen yang khas dari wilayah pegunungan Sumatera Utara, seperti andaliman dan asam cikala (buah kecombrang) menjadi bumbu dari masakan ini, selain bumbu khas Nusantara yang umum, seperti lengkuas dan serai. Bumbu-bumbu yang dihaluskan dilumuri pada tubuh ikan beberapa saat. Ikan kemudian dimasak dengan sedikit minyak dan api yang kecil. 


    Masakan ini biasanya sering disungguhkan pada acara-acara besar seperti pernikahan,ulang tahun, dan acara adat batak lainnya. 

     b. Dengdeng Balado(Padang) 

    Dendeng adalah irisan tipis daging kering yang sering digunakan sebagai bahan utama dalam masakan Indonesia. Dendeng awalnya ditemukan oleh masyarakat Minangkabau. Pada awalnya mereka membuat masakan dari daging sapi dan membuatnya kering sehingga dapat dimakan selama berhari-hari dan dibawa pergi saat melakukan perjalanan. 

    Dendeng Balado adalah hidangan dendeng yang paling populer di Indonesia. Masakan ini disebut juga dengan nama Dendeng Batokok 



     c. Nasi Tumpeng(Jawa) 

    Nasi tumpeng merupakan masakah khas jawa namun sudah mendaerah keseluh indonesia, nasi ini terbuat dari nasi kuning,nasi putih, dan nasi uduk yang dibentuk seperti gunung. Nasi tumpeng di sajikan dengan bentuk kerucut yang bermaksud menyerupai gunung Mahameru 



    Nasi tumpeng biasanya disajikan dengan beraneka lauk pauk. Pada adat jawa nasi tumpeng biasanya disediakan untuk acara adat dan acara keduri. Upacara keduri merupakan upacara/acara yang dilakukan sebagai bentuk terimakasih kepada Tuhan YME karena hasil panen yang melimpah. 


    d. Nasi Ulam (Betawi) 

    Nasi ulam merupakan makanan khas Betawi yang mendapat pengaruh dari budaya kuliner Cina. Nasi ulam biasanya memakai nasi pera yang disiram dengan semur kentang/ semur tahu/ semur telur. Nasi ulam juga ditambah dengan cumi asin goreng, bihun goreng, telur dadar iris, dan perkedel kentang. Nasi ulam bertambah nikmat dengan tambahan daun kemangi, sambal, bawang goreng, dan taburan kacang tanah tumbuk. 




   Sekian penjelasan saya tentang kebudayaan yang ada diindonesia. 

Jadi kesimpulannya adalah: 

    Kita adalah warga negara Indonesia, negara yang mempunyai banyak sekali suku bangsa, oleh karena banyaknya suku bangsa dinegara kita inilah secara otomatis kebudayaan yang ada dinegara kita ini juga sangat banyak. 

    Kita sebagai warga negara indonesia juga tidak terlepas dari suku, jadi otomatis kita juga merupakan penerus adat/suku kita masing-masing. Maka dari itu cintai lah kebudayaan suku kita masing-masing agar kebudayaan kita ini tidak punah atau malah mungkin di klaim menjadi kebudayaan negara tetangga. 

Saya juga ingin menyampaikan saran yang terdapat dalam fikiran saya: 

    Meskipun kita berbeda-beda suku, tapi tetaplah jaga kedamaian negara kita ini. Jangan menganggap rendah suku lain dan jangan memprovokasi terjadinya kerusuhan antar suku bangsa. Kita kan warga negara Indonesia sudah disatukan dengan semboyan negara kita ini, yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu. Untuk itu jagalah tradisi/kebudayaan dan kedamaian negara tercinta kita ini . 
Jika ada nama tradisi/makanan yang tidak saya masukkan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tidak ada niat memilih-milih dalam memasukkan kebudayaan. Saya juga meminta maaf Jika ada salah dalam penulisan serta mungkin informasi yang tidak akurat.

    Atas perhatiannya dan kunjungannya ke Blog saya, saya mengucapkan banyak terimakasih. 

 Salam Bhineka Tunggal Ika sobat :D




Referensi tambahan : id.wikipedia.com , budayaindonesia.net ,